BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 13 Julai 2011

14 Dosa-dosa Besar

1. Syirik (Menyekutukan Allah SWT)

Tentang hal ini Allah SWT berfirman
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki- Nya". (An Nisaa: 48).

Dan Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga". (Al Maaidah: 72)


2. Berputus asa dari mendapatkan rahmat Allah SWT.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir"".(Yuusuf: 87).


3. Merasa aman dari ancaman Allah SWT.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
”Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi." (Al A'raaf: 99)


4. Berbuat durhaka kepada kedua orang tua.

Karena Allah SWT mensipati orang yang berbuat durhaka kepada kedua orang tuanya sebagai orang yang jabbaar syaqiy 'orang yang sombong lagi celaka'. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka". (Maryam: 32).


5. Membunuh.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya". (An Nisaa: 93).


6. Menuduh wanita baik-baik berbuat zina.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la'nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar". An Nuur: 23)


7. Memakan riba.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila". (Al Baqarah: 275)


8.Lari dari medan pertempuran.

Maksudnya, saat kaum Muslimin diserang oleh musuh mereka, dan kaum Muslimin maju mempertahankan diri dari serangan musuh itu, kemudian ada seseorang individu Muslim yang melarikan diri dari pertempuran itu. tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya". (Al Anfaal: 16)


9. Memakan harta anak yatim.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)". (An Nisaa: 10)


10. Berbuat zina.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Barangsiapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya), (yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam azab itu". (Al Furqaan: 68-69)


11. Sumpah palsu.

Yaitu jika seseorang bersumpah untuk melakukan sesuatu perbuatan, namun ternyata ia tidak melakukan perbuatan itu. atau ia bersumpah tidak akan melakukan sesuatu perbuatan, namun nyatanya ia kemudian melakukan perbuatan itu. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih". (Ali Imraan: 77 )


12. Meminum khamar [minuman keras].

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan" . (Al Maaidah: 90).


13 Meninggalkan shalat.

Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"Apakah yang memasukkan kamu ke dalam Saqar (neraka)?" Mereka menjawab: "Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan shalat". (Al Muddats-tsir: 42-43 )


14. Melanggar perjanjian dan memutuskan tali silaturahmi.

Karena tali silaturahmi adalah salah satu ikatan yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk disambung. Tentang hal ini Allah SWT berfirman:
"(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi". (Al Baqarah: 27 )

Dosa Mengumpat Hanya Boleh Diampun Oleh Mangsa

Mengumpat ialah menceritakan atau menyebut
keburukan atau kekurangan seseorang kepada orang lain.

Rasullah S.A. W. menjelaskan mengenai mengumpat seperti sabdanya bermaksud
"Mengumpat itu ialah apabila kamu menyebut perihal saudaramu dengan sesuatu
perkara yang dibencinya"(Hadis Riwayat Muslim)

Mengumpat berlaku sama ada disedari atau tidak. Perbuatan itu termasuk
apabila menyebut atau menceritakan keburukan biarpun tanpa menyebut nama
pelakunya tetapi diketahui oleh orang yang mendengarnya.

Memandangkan betapa buruk dan hinanya mengumpat, ianya disamakan seperti
memakan daging saudara seagama. Manusia waras tidak sanggup memakan daging
manusia, inikan pula daging saudara sendiri.

Dosa mengumpat bukan saja besar, malah antara dosa yang tidak akan
diampunkan oleh Allah biarpun pelakunya benar-benar bertaubat.

Dosa mengumpat hanya layak diampunkan oleh orang yang diumpatkan. Selagi
orang yang diumpatnya tidak mengampunkan, maka dosa itu akan kekal dan
menerima pembalasannya diakhirat.

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud: "Awaslah daripada mengumpat kerana
mengumpat itu lebih berdosa daripada zina. Sesungguhnya orang melakukan
zina, apabila dia bertaubat, Allah akan menerima taubatnya. Dan
sesungguhnya orang yang melakukan umpat tidak akan diampunkan dosanya
sebelum diampun oleh orang yang diumpat" (Hadis riwayat Ibnu Abib Dunya dan
Ibnu Hibbad)

Disebabkan mengumpat terlalu biasa dilakukan, maka ia tidak dirasakan lagi
sebagai satu perbuatan dosa. Hakikat inilah perlu direnungkan oleh semua.

Mengumpat dan mencari kesalahan orang lain akan mendedahkan diri pelakunya
diperlakukan perkara yang sama oleh orang lain. Allah akan membalas
perbuatan itu dengan mendedahkan keburukan pada dirinya. Sabda Rasulullah
S.A.W. "Wahai orang yang beriman dengan lidahnya tetapi belum beriman
dengan hatinya! Janganlah kamu mengumpat kaum muslim, dan janganlah kamu
mengintip-intip keaibannya. Sesungguhnya, sesiapa yang mengintip keaiban
saudaranya, maka Allah akan mengintip keaibannya, dan dia akan
mendedahkannya, meskipun dia berada dalam rumahnya sendiri" (Hadis riwayat
Abu Daud)

Orang yang mengumpat akan mendapat kerugian besar pada hari akhirat. Pada
rekod amalan mereka akan dicatatkan sebagai perbuatan menghapuskan pahala.

Sabda Rasulullah S.A.W. bermaksud : "Perbuatan mengumpat itu samalah
seperti api memakan ranting kayu kering". Pahala yang dikumpulkan sebelum
itu akan musnah atau dihapuskan seperti mudahnya api memakan kayu kering
sehingga tidak tinggal apa-apa lagi.

Diriwayatkan oleh Abu Ummah al-Bahili, di akhirat seorang terkejut besar
apabila melihat cacatan amalan kebaikan yang tidak pernah dilakukannya
didunia. Maka, dia berkata kepada Allah "Wahai Tuhan ku, dari manakah
datangnya kebaikan yang banyak ini, sedangkan aku tidak pernah
melakukannya". Maka Allah menjawab : "Semua itu kebaikan (pahala) orang
yang mengumpat engkau tanpa engkau ketahui".

Sebaliknya, jika pahala orang yang mengumpat tidak ada lagi untuk diberikan

kepada orang yang diumpat, maka dosa orang yang diumpat akan dipindahkan
kepada orang yang mengumpat. Inilah dikatakan orang muflis diakhirat nanti.

Memandangkan betapa buruknya sifat mengumpat, kita wajib berusaha
mengelakkan diri daripada melakukannya.

Oleh itu perbanyakkanlah zikir supaya dapat menghindarkan diri daripada
mengumpat.

Panduan Solat Berjemaah

Sebaik-baik Saf Dan Keutamaan Saf

Diriwayatkan dari Jabir bin Samirah ia berkata: “Rasulullah bersabda: “Tidakkah kalian ingin berbaris, sebagaimana para malaikat berbaris di hadapan Rabb mereka.” Maka kami bertanya, “Bagaimanakah para malaikat berbaris di hadapan Rabb?’ Beliau menjawab, “Mereka menyempurnakan barisan yang depan dan saling merapat di dalam saf.” (Hadis Riwayat Muslim)Dari Abu Hurairah pula, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Seandainya orang-orang tahu (pahala) yang terdapat di dalam seruan (azan) dan barisan (saf) pertama kemudian mereka tidak mendapatkan cara untuk mencapainya kecuali dengan cara melakukan undian, pasti mereka akan mengadakannya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari & Muslim) “Sesungguhnya Allah ‘azza wa jalla dan para Malaikat-Nya berselawat ke atas barisan (saf) yang pertama atau saf yang awal.” (Dinilai hasan oleh al-Albani di dalam Sahih at-Targhib wa at-Tarhib, 1/197)

Menyempurnakan Saf Yang Hadapan Dahulu

Dari Anas r.a. bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sempurnakanlah saf pertama, kemudian saf berikutnya. Jika kurang (saf pertama telah penuh/tidak mencukupi), maka hendaklah ia mengambil saf yang belakang.” (Hadis Riwayat an-Nasa’i)
Sheikh Abdul Aziz bin Baaz rahimahullah menyatakan “Barisan itu dimulai dari tangah di dekat posisi imam. Barisan sebelah kanan lebih afdhal daripada barisan sebelah kiri. Yang wajib dilakukan adalah tidak dimulakan membuat barisan baru sehinggalah barisan pertama sempurna. Tidak ada masalah jika orang-orang yang berada di sebelah kanan barisan lebih banyak dan tidak perlu dilakukan penyeimbangan kerana perkara tersebut bertentangan dengan sunnah. Hanya saja, tidak diperbolehkan membuat barisan kedua sehingga barisan pertama sempurna dan tidak boleh juga membuat barisan ketiga hingga barisan kedua sempurna. Begitu jugalah barisan yang seterusnya.” (Fatawa Ibni Baaz, 11/205)

Posisi Makmum di Dalam Solat

1 – Kedudukan Saf Secara Umum Bagi Lelaki Dan Wanita.
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Sebaik-baik saf bagi lelaki adalah yang paling hadapan dan seburuk-buruknya adalah yang paling belakang. Sebaik-baik saf wanita adalah yang paling belakang dan seburuk-buruknya adalah yang paling hadapan.” (Hadis Riwayat Muslim)
1 - Imam (Depan), 2 – Makmum Lelaki (Belakang Imam, Depan Saf Wanita), 3 – Makmum Wanita (Belakang)
2 – Apabila solat berjamaah mengandungi dua orang lelaki, iaitu seorang imam dan seorang makmum. Apabila imam solat berjamaah hanya dengan seorang makmum, maka dia (makmum) disunnahkan berdiri di sebelah kanan imam (sejajar dengannya), sebagaimana yang dinyatakan oleh Ibnu Abbas r.a. bahawa “beliau pernah solat berjamaah bersama Rasulullah pada suatu malam dan berdiri di sebelah kirinya. Maka Rasulullah memegang kepala Ibnu Abbas dari belakang lalu memindahkannya ke sebelah kanannya.” (Hadis Riwayat Muslim)

Di dalam kitab Subulus Salam (oleh al-Imam ash-Shan’ani), Diriwayatkan bahawa Ibnu Juraij pernah bertanya kepada Atha’ (seorang tabi’in), “Seseorang yang menjadi ma’mum bagi seseorang yang lain, dimanakah ia (ma’mum) harus berdiri?” Jawab Atha’, “Di tepinya”. Ibnu Juraij bertanya lagi, “Apakah si Ma’mum itu harus dekat dengan Imam sehingga ia satu saf dengannya, iaitu tidak ada jarak antara keduanya (ma’mum dan imam)?” Jawab Atha’: “Ya!” Ibnu Juraij bertanya lagi, “Apakah si ma’mum tidak berdiri jauh sehingga tidak ada jarak antara mereka (ma’mum dan imam)? Jawab Atha’: “Ya”.

Demikian juga yang disebutkan di dalam al-Muwaththa’, Dari Umar dari hadis Ibnu Mas’oud. “Sesungguhnya ia berada satu shaf bersama Umar, lalu merapatkan safnya hingga bahu Umar bersentuhan di sisi kanannya.” Maka, kedudukan imam adalah di sebelah kiri makmum, dan makmum di sebelah kanan imam dalam keadaan satu barisan (satu saf) sebelah menyebelah.
1 – Imam (Kiri), 2 – Makmum (Kanan)
3 – Solat dengan dua orang makmum (atau lebih) bersama imam.
Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah al-Anshaari:
“… Rasulullah s.a.w. berdiri untuk menunaikan solat, lalu akupun datang dan berdiri di samping kiri beliau. Rasulullah meraih tanganku lalu memindahkanku ke sebelah kanan beliau. Kemudian datang pula Jabbar bin Shakr r.a., ia berwudhu’ lalu mengikuti solat kami, ia berdiri di samping/sebelah kiri Rasulullah. Beliaupun meraih tangan kami berdua lalu memindahkan kami ke belakang beliau…” (Hadis Riwayat Muslim)
Jika tiga orang makmum atau lebih solat bersama imam, maka mereka berdiri di belakang imam menurut kesepakatan para ulama. Hadis-hadis yang menyebutkan tentang masalah ini terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Makmum tidak boleh berada di depan imam, kerana tidak sah bermakmum bersama seorang imam kecuali jika imam tersebut berada di depan mereka. Jumhur ulama berpendapat, barangsiapa berada di depan imam maka batal solatnya. Imam Malik, Ishaq, Abu Tsaur dan Daud membolehkannya, jika tempat terlalu sempit.
4 – Solat seorang wanita bersama imam lelaki.

Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Aku solat bersama seorang anak yatim di belakang Nabi s.a.w., dan ibuku (ummu Sulaim) di belakang kami.” (Hadis Riwayat Bukhari)
Jika seorang lelaki dan seorang wanita solat bersama imam maka lelaki berdiri sejajar di sebelah kanan imam, sementara wanita ber-saf sendirian di belakang keduanya. Diriwayatkan dari Anas, “Bahawa Rasulullah s.a.w. mengimaminya, dan seorang wanita bersama mereka, maka beliau menempatkannya di sebelah kanannya, dan wanita tersebut di belakang mereka.” (Hadis Riwayat Muslim)
Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata, “Para ulama bersepakat bahawa seorang wanita itu solat di belakang seorang lelaki dalam satu barisan. Yang disunnahkan adalah mengambil posisi tepat di belakang laki-laki, bukan di sebelah kanannya.” (al-Mughni, Ibnu Qudamah)
Seorang lelaki boleh menjadi imam solat bagi isterinya atau salah seorang mahramnya. Dan tidak boleh seorang lelaki mengimami seorang wanita asing (bukan mahramnya) seorang diri, berdasarkan keumuman hadis berikut:
“Tidak boleh bagi seorang lelaki berduaan dengan seorang wanita, kerana yang ketiganya adalah syaitan.” (Hadis Riwayat at-Tirmidzi)
Seorang lelaki boleh mengimami sejumlah wanita. Akan tetapi hal ini dibolehkan apabila aman dari fitnah.
1 – Imam (Depan), 2 – Makmum Wanita (Belakang)
1 – Depan – Imam (Kiri), Makmum Lelaki (Kanan), 2 – Belakang & Tengah (Saf Wanita)
5 – Solatnya seorang wanita bersama kaum wanita yang lain.

Diriwayatkan dari Hajirah, dari Ummu Salamah, “Bahawa ia mengimami mereka, dan ia berdiri di tengah-tengah mereka.” (Hadis Riwayat Abdurrazzaq) Jika seorang wanita solat mengimami jamaah kaum wanita, maka ia berdiri di tengah-tengah mereka dalam keadaan satu barisan (saf) bersama yang lainnya. Hendaklah ia tidak maju (mengambil posisi ke hadapan).
6 – Posisi kanak-kanak dalam saf solat berjemaah.
Diriwayatkan dari Anas, ia berkata, “Aku solat bersama seorang anak yatim di belakang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, dan ibuku (ummu Sulaim) di belakang kami”. (Hadis Riwayat al-Bukhari)
Berkenaan dengan hadis ini, al-Imam ash-Shan’ani menyatakan, “Dan posisi makmum yang terdiri dari dua orang adalah di belakang imam, dan anak kecilpun turut diambil kira keberadaan tempat duduknya (bersama saf lelaki dewasa – pen.) dan dapat melengkapkan barisan saf. Dalam hadis disebutkan lafaz yatim, ini menunjukkan anak kecil, kerana tidak disebut sebagai yatim bagi yang telah baligh”.
Menurut Sheikh al-Albani:Tidak mengapa anak-anak berdiri di saf kaum lelaki dewasa, jika saf tersebut masih ada ruang. Dan solatnya kanak-kanak lelaki yatim bersama Anas di belakang Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hujjah dalam masalah ini (saf kanak-kanak adalah bersama saf lelaki dewasa). (Rujuk: Tamamul Minnah, m/s. 311)
7 – Solat di samping (sebelah) imam kerana saf sudah penuh.
Barangsiapa memasuki masjid dan ia mendapati masjid sudah penuh dan saf-saf sudah sempurna, maka dia boleh membelah saf dan berdiri di samping imam. Ini adalah sebagaimana yang dilakukan Rasulullah s.a.w. di ketika beliau sakit. Daripada Aisyah r.ha, dia menyatakan, “Nabi s.a.w. dalam sakitnya yang mengakibatkan beliau wafat, ketika merasa lebih baik, beliau keluar dan mendapatkan Abu Bakar sedang solat bersama yang lain. Ketika Abu Bakar melihat beliau, ia ingin mundur, maka beliau (Nabi s.a.w.) mengisyaratkan kepadanya agar tetap di posisinya/tempatnya semula. Lalu Rasulullah s.a.w. dipapah oleh dua orang sehingga beliau duduk sejajar di sebelah kiri Abu Bakar r.a.. Maka, Abu Bakar mengikuti solat Rasulullah s.a.w., sedangkan orang-orang mengikuti solat Abu Bakar.” (Hadis Riwayat Muslim)
Perintah Dan Tuntutan Merapatkan Saf
Persoalan menjaga saf dan merapatkan saf di dalam solat adalah merupakan suatu permasalahan yang kian terabai. Ramai dari kalangan masyarakat hari ini, mengambil mudah dalam hal ini sebagaimana yang banyak berlaku di masjid-masjid sekeliling kita. Saf-saf solat mereka kelihatan renggang, tidak sekata, dan lebih mengecewakan adalah apabila para imam sendiri tidak ambil endah berkenaan hal ini. Sedangkan jika dilihat kepada hadis-hadis Rasulullah s.a.w. dan atsar para sahabat, dalam persoalan merapatkan saf ini, sungguh betapa dititik beratkan kesempurnaannya, dan malah jika gagal menyempurnakannya, ada pula hadis-hadis yang berbentuk ancaman.
Meluruskan dan merapatkan saf (barisan) dalam solat berjamaah adalah merupakan suatu hal yang sangat diperintahkan (dituntut), sebagaimana di dalam hadis Nabi s.a.w., (maksudnya), “Luruskan saf-mu, kerana sesungguhnya meluruskan saf itu merupakan sebahagian dari kesempurnaan solat”. (Hadis Riwayat Muslim, no. 433) Dalam Riwayat yang lain, “Sesungguhnya meluruskan saf itu merupakan sebahagian dari mendirikan solat.” (Hadis Riwayat al-Bukhari & Muslim) “Sesungguhnya menegakkan saf (meratakan saf), adalah sebahagian dari kebaikan solat.” (Hadis Riwayat al-Bukhari)
Hadis tersebut dan hadis-hadis lain yang seumpamanya, kata lbnu Hazm, merupakan dalil wajibnya merapikan saf sebelum dan sepanjang melaksanakan solat. Kerana menyempurnakan solat itu wajib, sedang kesempurnaan saf merupakan sebahagian dari kesempurnaan solat, maka merapikan saf merupakan kewajiban. Juga lafaz ‘amr (perintah) dalam hadis di atas menunjukkan wajib. Selain itu, Rasulullah s.a.w. setiap kali akan memulakan solat (berjemaah), selalu menghadap kepada jamaah dan memerintahkan untuk meluruskan saf, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik r.a.
Umar bin Khaththab r.a. pernah memukul Abu Utsman al-Nahdi kerana keluar dari barisan solatnya. Juga Bilal pernah melakukan hal yang sama, seperti yang dikatakan oleh Suwaid bin Ghaflah bahawa Umar dan Bilal pernah memukul bahu kami dan mereka tidak akan memukul orang lain, kecuali kerana meninggalkan sesuatu yang diwajibkan.  Anas r.a. ketika tiba di kota Madinah ditanya, “Apa yang engkau ingkari dari perbuatan kami sejak sepeninggalan Rasulullah?” Dia menjawab, “Tidak ada perbuatan kalian yang aku ingkari kecuali ketika kalian tidak meluruskan saf-saf kalian.” (Diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam Sahihnya)
Bahkan Rasulullah s.a.w. sebelum memulakan solat, beliau berjalan merapikan saf dan memegang dada dan bahu para sahabat lalu bersabda, “Hendaklah kalian meluruskan saf-saf kalian atau Allah akan membalikkan wajah-wajah kalian.” (Hadis Riwayat al-Bukhari & Muslim)
Di dalam riwayat Abu Hurairah r.a.. dia berkata, “Rasulullah biasa masuk memeriksa ke saf-saf bermula dari satu hujung (sisi) ke hujung yang lain, memegang dada dan bahu kami seraya bersabda, “Jangan lah kalian berbeza (tidak lurus safnya), kerana akan menjadikan hati kalian berselisih.” (Hadis Riwayat Muslim)
Dalam hadis yang lain yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari an-Nu’man bin Basyir: beliau berkata, “Dahulu Rasullullah meluruskan saf kami sehingga sampai seperti meluruskan anak panah hingga beliau memandang kami telah faham apa yang beliau perintahkan kepada kami (sehingga saf kami telah rapi – pent.), kemudian suatu hari beliau keluar (untuk solat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang dadanya terkehadapan, maka beliau bersabda:
“Wahai para hamba Allah, hendaklah kalian benar-benar meluruskan saf atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian”. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Sedangkan hadis yang diriwayatkan dari Anas r.a., Beliau bersabda, “Luruskan dan rapatkan saf-saf kalian, kerana sesungguhnya aku melihat kalian dari balik punggungku.” (Diriwayatkan oleh Abu Ya’la di dalam al-Musnad.  Sanad hadis ini adalah sahih menurut syarat al-Bukhari dan Muslim seperti disebutkan di dalam al-Silsilah al-Sahihah)
Imam al-Qurthubi berkata, “Yang dimaksudkan dengan perselisihan hati pada hadis di atas adalah bahawa ketika seseorang tidak lurus di dalam safnya dengan berdiri ke depan atau ke belakang, menunjukkan kesombongan di dalam hatinya yang tidak mahu diatur. Yang demikian itu, akan merosakkan hati dan memungkinkan menimbulkan perpecahan.” Pendapat ini juga didukung oleh Imam al-Nawawi, beliau berkata, “Berbeza hati maksudnya, terjadi di antara mereka kebencian dan permusuhan serta pertentangan hati. Perbezaan ketika ber-saf merupakan perbezaan zahir dan perbezaan zahir adalah wujud dari perbezaan batin iaitu hati.”
Sementara Qadhi Iyyadh menafsirkannya dengan mengatakan Allah akan mengubah hati mereka secara fizikal, sebagaimana di dalam riwayat lain (Allah akan mengubah wajah mereka)”. Hal itu merupakan ancaman yang berat dari Allah. Sebagaimana Dia mengancam orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam (i’tidal), maka Allah akan mengubah wajahnya menjadi wajah keldai. Imam al-Kirmani menyimpulkan, “Akibat dari pertentangan dan perbezaan di dalam saf, boleh menimbulkan perubahan anggota atau tujuan atau juga perbezaan balasan dengan memberikan balasan yang sempurna bagi mereka yang meluruskan saf dan memberikan balasan keburukan bagi mereka yang tidak meluruskan safnya.”
Berdiri di dalam saf bukan hanya sekadar berbaris lurus, tetapi juga dengan merapatkan kaki dan bahu antara satu dengan yang lainnya seperti yang dilakukan oleh para sahabat. Dari Ibnu Umar r.a., Rasulullah s.a.w. bersabda, “Rapatkanlah saf, dekatkan (jarak) antara saf-saf itu dan ratakan bahu-bahu.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan an-Nasai, disahihkan oleh Ibnu Hibban)
Di dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w. bersabda, “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, aku melihat syaitan masuk di celah-celah saf, sebagaimana masuknya anak kambing.” (Diriwayatkan oleh Abu Daud, an-Nasa’i & Ahmad)
Bahkan sehingga ada sebahagian ulama yang mewajibkan hal itu, sebagaimana perkataan Sheikh al-Albani rahimahullah dalam mengulas sabda Nabi s.a.w. “…atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian,” dengan menyatakan, “Sesungguhnya ancaman seperti ini tidak boleh dikatakan termasuk perkara yang tidak diwajibkan, sebagaimana tidak samar lagi.” Akan tetapi sungguh amat sangat disayangkan, sunnah meluruskan dan merapatkan saf ini telah diremehkan bahkan dilupakan kecuali oleh segelintir kaum muslimin.
Apabila jamaah solat tidak melaksanakan sebagaimana yang dilakukan oleh Anas dan al-Nu’man maka akan selalu ada celah dan ketidaksempurnaan dalam saf. Dan pada kenyataannya (kebanyakannya) para jemaah solat apabila mereka merapatkan saf maka akan luaslah saf (menampung banyak jemaah) khususnya saf pertama kemudian yang kedua dan yang ketiga. Apabila mereka tidak melakukannya, maka:
Pertama: Mereka terjerumus ke dalam suatu bentuk larangan syar’i, iaitu tidak meluruskan dan merapatkan saf.
Kedua: Mereka menyediakan celah untuk syaitan dan Allah akan memutuskan mereka, sebagaimana hadis dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma bahawasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Tegakkan saf-saf kalian dan rapatkan bahu-bahu kalian dan tutuplah celah-celah dan jangan kalian tinggalkan celah untuk syaitan, barangsiapa yang menyambung saf nescaya Allah akan menyambungnya dan barangsiapa memutuskan saf nescaya Allah akan memutuskannya.” (Hadis Riwayat Abu Daud, no. 666 di dalam Sunannya. Disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim)
Menurut Sheikh al-Albani (rahimahullah), “Yang benar, menutup ruang kosong di antara saf hukumnya adalah wajib.”
Ketiga: Terjadi perselisihan dalam hati-hati mereka dan timbul banyak pertentangan di antara mereka, sebagaimana dalam hadis an-Nu’man terdapat faedah yang menjadi terkenal dalam ilmu jiwa, iaitu sesungguhnya rosaknya zahir mempengaruhi rosaknya batin dan begitu jugalah sebaliknya. Di samping itu bahawa sunnah meluruskan dan merapatkan saf menunjukkan rasa persaudaraan dan saling tolong-menolong, sehingga bahu si miskin menempel dengan bahu si kaya dan kaki orang lemah merapat dengan kaki orang kuat, semuanya dalam satu barisan seperti bangunan yang kuat, saling menopang satu sama lainnya.
Keempat: Mereka kehilangan pahala dan fadhilat yang besar yang dikhabarkan melalui hadis-hadis yang sahih, di antaranya sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya berselawat kepada orang yang menyambung saf.” (Hadis Riwayat Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim. Dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Kitabnya Sahih at-Targhib wa at-Tarhib)
Cara-Cara Merapatkan Saf Yang Betul
1 – Merapatkan bahu dengan bahu, lutut dengan lutut, dan mata kaki dengan mata kaki sebagaimana hadis berikut:
Dari Nu’man bin Basyir r.a. berkata: Aku melihat seseorang merapatkan bahunya dengan bahu saudaranya, merapatkan (melekatkan) lututnya dengan lutut saudaranya dan mendekatkan mata kakinya dengan mata kaki saudaranya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari)
2 – Meratakan/meluruskan telapak kaki dengan talapak kaki saudaranya dan meluruskan telapak kaki ke arah kiblat.
“Dari Anas bin Malik r.a. berkata: “(Pada waktu solat) masing-masing dari kami meratakan bahunya dengan bahu saudaranya dan telapak kakinya dengan telapak kaki saudaranya.” (Hadis Riwayat al-Bukhari)
“Baginda menghadapkan hujung-hujung kedua-dua jari-jemari kaki baginda ke arah Kiblat”. (Hadis Riwayat Bukhari dan Abu Daud) Baginda s.a.w. mengarahkan jari jemari kakinya ke arah kiblat. (Rujuk: Tuntutan Rasulullah Dalam Ibadah, hlm. 19. Ibn Qaiyyim al-Jauziyah – Dinukil dari buku: Solatlah Sebagaimana Rasulullah s.a.w. Solat, Oleh Ustaz Rasul Dahri)
Betul – Kaki diluruskan ke arah hadapan (Kiblat)
Salah – Kaki tidak lurus ke hadapan
3 – Menutup ruang/celahan di antara saf.
Dari Ibnu Umar bahawa Rasulullah s.a.w. bersabda:
“Tegakkanlah saf-saf, sejajarkanlah bahu-bahu kalian, tutupkanlah celah-celah, dan lembutkanlah diri kalian untuk disentuh tangan-tangan saudara kalian. Jangan biarkan celah-celah untuk dimasuki syaitan. Barangsiapa yang menyambung saf, maka Allah menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskan saf, maka Allah memutuskannya.” (Hadis Riwayat Abu Daud, an-Nasa’i, & Ahmad. Juga dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Abi Daud) Di dalam riwayat lain, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, aku melihat syaitan masuk di celah-celah saf, sebagaimana masuknya anak kambing.” (Hadis Riwayat Abu Daud dan dinilai Sahih oleh al-Albani di dalam Sahih Sunan Abi Daud.
4 – Meletakkan posisi badan dalam keadaan yang baik/betul.
Dari an-Nu’man bin Basyir: beliau berkata, “Dahulu Rasullullah meluruskan saf kami sehingga sampai seperti meluruskan anak panah hingga beliau memandang kami telah faham apa yang beliau perintahkan kepada kami (sehingga saf kami telah rapi – pent.), kemudian suatu hari beliau keluar (untuk solat) kemudian beliau berdiri, hingga ketika beliau akan bertakbir, beliau melihat seseorang yang dadanya terkehadapan, maka beliau bersabda:
“Wahai para hamba Allah, hendaklah kalian benar-benar meluruskan saf atau Allah akan memperselisihkan wajah-wajah kalian”. (Diriwayatkan oleh Muslim)
Keudukan/susunan Saf Yang Betul Dan Rapi
Kedukan/Susunan Saf Yang Salah yang mana banyak terjadi di sekeliling kita Masa ini
Larangan Membuat Saf Sendirian
Seorang makmum dilarang membuat saf sendirian, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Wabishah bin Mi’bad, bahawa Rasulullah s.a.w. melihat seseorang solat di belakang saf sendirian, maka beliau memerintahkan untuk mengulang solatnya. (Hadis Riwayat Ahmad, Abu Daud, at-Tirmidzi. Disahihkan oleh al-Albani di dalam Sahih Sunan Abi Daud.
Menurut Sheikh Muhammad bin Soleh al-Utsaimin, jika seseorang menjumpai saf yang sudah penuh, sementara ia sendirian dan tidak ada yang ditunggu, maka boleh baginya solat sendiri di belakang saf itu.
Untuk menjaga keutuhan, seseorang dibolehkan untuk maju atau bergerak ke hadapan ketika mana mendapati ada saf di hadapannya yang terputus. Sabda Nabi s.a.w. yang diriwayatkan oleh Abu Juhaifah, beliau bersabda: “Barangsiapa yang memenuhi celah yang ada pada saf maka Allah akan mengampuni dosanya.” (Hadis Riwayat al-Bazzar dengan sanad yang hasan)
Tiada langkah paling baik melebihi yang dilakukan oleh seseorang untuk menutupi celah di dalam saf. Dan semakin banyak teman dan saf dalam solat berjamaah akan semakin afdhal, sebegaimana yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab, Rasulullah s.a.w. bersabda: “Solat seorang bersama seseorang lebih baik daripada solat sendirian, dan solat bersama dua orang lebih baik dari solat bersama seseorang. Dan bila lebih banyak maka yang demikian lebih disukai oleh Allah ‘Azza wa Jalla.” (Muttafaq ‘Alaih)

Terpisahnya Makmum Dengan Imam Kerana Dinding

Diriwayatkan dari Aisyah, dia berkata: “Rasulullah s.a.w. solat pada malam hari di kamarnya. Sementara dinding kamar itu pendek, sehingga orang-orang dapat melihat Nabi s.a.w., maka sejumlah orang berdiri mengikuti solatnya…” (Hadis Riwayat al-Bukhari)

Memasuki Saf Dalam Keadaan Tenang

Dan ketika memasuki saf untuk solat disunnahkan untuk melakukannya dengan tenang iaitu tidak terburu-buru, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abi Bakrah, bahawasanya ia solat dan mendapati Nabi sedang ruku’ lalu dia ikut ruku’ sebelum sampai kepada saf, maka Nabi berkata kepadanya,: “Semoga Allah menambahkan kepadamu semangat (kemahuan), tetapi jangan kamu ulangi lagi.” (Hadis Diriwayatkan oleh Bukhari) Dan dalam Riwayat Abu Daud, ada tambahan, “Ia ruku’ sebelum sampai di saf lalu dia berjalan menuju saf.”

Selasa, 12 Julai 2011

Mati Dengan Mata Terbeliak

Hadis :Dari Abu Hurairah r.a katanya, Rasulullah SAW bersabda:"Tidakkah kamu lihat apabila seorang manusia mati, matanya terbeliak ke atas?" Jawab mereka, "Ya kami melihatnya, ya Rasulullah." Sabda baginda lagi:"Hal itu terjadi kerana penglihatannya mengikut rohnya ketika roh itu pergi." (Muslim)

Huraian :
Kehidupan yang singkat di dunia ini amat penting dalam menentukan kehidupan yang panjang di akhirat kelak. Manusia, selain tidak mengetahui hari kematiannya, mereka juga tidak mengetahui nasib akhirnya sama ada mati dalam keadaan "husnul khatimah" atau "su'ul khatimah", sekalipun amal ibadat dirasakan semakin bertambah. Rasulullah SAW sendiri telah bersabda yang maksudnya:"Dan Dialah Tuhan dan tiada Tuhan selain Dia. Sesungguhnya salah seorang di antara kamu beramal dengan amalan ahli syurga sehingga jarak antara dia dengan syurga itu hanya sehasta. Tiba-tiba kitabnya telah mendahuluinya, lalu ia pun beramal dengan amalan ahli neraka, maka ia masuk ke dalam neraka. Dan sesungguhnya salah seorang di antara kamu beramal dengan amalan ahli neraka sehingga jarak antara dia dengan neraka itu sehasta sahaja. Tiba-tiba kitabnya telah mendahuluinya, lalu ia pun beramal dengan amalan ahli syurga, maka ia masuk ke dalam syurga." (Bukhari). Hadith ini memperingatkan kita bahawa tidak ada manusia yang dapat menjamin kesudahan yang baik bagi dirinya. Namun begitu dalam meniti saat-saat kematian, adakalanya Allah SWT menunjukkan kepada hambaNya tanda-tanda baik ("Husnul Khatimah") atau tanda-tanda buruk ("su'ul khatimah") dalam mengakhiri ajal seseorang. Sebab itulah kita diseru agar sentiasa berhati-hati supaya tidak terjerumus dengan godaan syaitan yang menggoda tidak kira masa sama ada ketika masih hidup di dunia atau semasa menghadapi sakaratul maut. Sesungguhnya mengingati dan menghayati erti kematian adalah satu motivasi diri yang terbaik supaya diri kita menjadi lebih insaf dan tidak leka dengan keindahan dunia yang hanya sementara ini.

Isnin, 11 Julai 2011

Allah Sembunyikan 4 Perkara

Keadaan Seseorang Apabila Sampai Ajal

Dari Al-Bara' bin 'Azib r.a katanya: Kami telah keluar bersama-sama Nabi s.a.w, mengiringi jenazah seorang lelaki dari kaum Ansar, lalu kami sampai ke kuburnya yang disediakan. Rasulullah s.a.w pun duduk lalu kami duduk disekelilingnya dengan keadaan tidak bergerak dan membisu; manakala Baginda s.a.w pula mencucuk-cucuk tanah dengan seranting kayu yang ada di tangannya. Setelah itu Baginda s.a.w mengangkat kepalanya lalu bersabda: "Mintalah kamu perlindungan kepada Allah dari azab kubur", (diulanginya sabdanya itu) dua atau tiga kali;

kemudian Baginda s.a.w bersabda lagi: "Sesungguhnya hamba Allah yang mukmin (ketika hendak mati) apabila ia berada dalam keadaan terputus dari dunia dan sedang menghadapi akhirat, akan turunlah kepadanya Malaikat-malaikat dari langit, putih bersih muka mereka, seolah-olah matahari, dengan membawa kain kapan bersama mereka dari kain-kain kapan syurga, dan Hanut (Pachai iaitu serbuk campuran dari benda-benda yang harum yang ditabur kepada mayat semasa dikapankan) dari yang ada di syurga, sehingga mereka duduk jarak daripadanya sejauh mata memandang.

Kemudian datang Malakulmaut a.s lalu duduk di sisi kepalanya sambil menyerunya dengan berkata: "Wahai jiwa yang baik! Keluarlah (dan pada satu riwayat ada disebutkan: Orang yang hendak mati dihadiri - saat naza'nya - oleh Malaikat, maka sekiranya orang itu seorang yang salih, berkatalah Malaikat: "Keluarlah engkau….) menuju ke tempat keampunan dan keredhaan Allah".

Baginda s.a.w bersabda lagi: "Kemudian roh orang itu keluar - mengalir seperti mengalirnya setitik air dari mulut bekas air (yang terbuat dari kulit kambing), lalu Malakul maut mengambilnya, maka apabila ia mengambilnya, Malaikat-malaikat (yang ditugaskan untuk itu) tidak membiarkannya ditangan Malakul maut walau sekelip mata sekalipun lalu mereka mengambilnya kemudian meletakkannya di dalam kain kapan dan Hanut yang tersebut; dan keluar pula dari roh itu bau yang harumnya seperti seharum-harum kasturi yang terdapat di atas muka bumi."

Baginda s.a.w bersabda lagi: "Kemudian mereka membawanya naik ke langit, maka mereka tidak melalui (semasa membawanya) mana-mana kumpulan Malaikat melainkan kumpulan Malaikat itu berkata: "Roh yang baik ini roh siapa?"

Mereka menjawab: "Roh si anu anak si anu' (dengan menyebutkan sebaik-baik namanya yang biasa mereka menamakannya dengan nama-nama itu di dunia), (demikianlah halnya) sehingga berakhirlah perjalanan mereka membawanya ke langit yang pertama; setelah itu mereka meminta dibukakan pintu langit untuknya, lalu dibukakan pintu untuk mereka; kemudian Malaikat-malaikat yang berkedudukan istimewa di sisi Tuhan dari penduduk tiap-tiap langit menghantar roh itu beramai-ramai hingga ke langit yang berikutnya, sehinggalah mereka berhenti membawanya di langit yang ketujuh.

Setelah itu Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada Malaikat-malaikat (yang ditugaskan untuk itu): "Simpanlah suratan amal hambaKu ini dalam 'illiyyin (tempat simpanan surat amal orang-orang yang berbakti) dan bawalah dia balik ke bumi, kerana sesungguhnya Aku telah menciptakan manusia dari bumi, dan ke bumi juga Aku kembalikan mereka, serta dari bumi pula Aku keluarkan mereka sekali lagi".

Baginda s.a.w bersabda lagi: "Dan sesungguhnya orang yang kafir (ketika hendak mati) apabila ia berada dalam keadaan terputus dari dunia dan sedang menghadapi akhirat, akan turunlah kepadanya Malaikat-malaikat dari langit, hitam muka mereka, dengan membawa kain-kain kasar seperti kain kadut; lalu mereka duduk jarak daripadanya sejauh mata memandang. Kemudian datang Malakal maut, lalu duduk di sisi kepalanya sambil menyerunya dengan berkata: "Hai jiwa yang jahat! Keluarlah (dan pada satu riwayat disebutkan: Maka apabila orang itu orang jahat, berkatalah Malaikat: "Keluarlah engkau….) menuju ke tempat kebencian dan kemurkaan Allah".

Baginda s.a.w bersabda lagi: "Kemudian roh orang itu berselerak di merata jasadnya (kerana takut hendak keluar), lalu disentap rohnya itu oleh Malakul maut sebagaimana sebatang besi pembakar daging disentap dari segumpal bulu yang basah; Malakul maut pun mengambilnya, maka apabila ia mengambilnya, Malaikat-malaikat (yang ditugaskan untuk itu) tidak membiarkannya di tangan Malakul maut walau sekelip mata sekalipun sehingga mereka meletakkannya dalam kain kasar yang tersebut; dan keluar pula dari roh itu bau yang sebusuk-busuk bau bangkai yang ada di atas muka bumi. Kemudian mereka membawanya naik ke langit, maka mereka tidak melalui (semasa membawanya) mana-mana kumpulan Malaikat melainkan kumpulan Malaikat itu berkata: "Roh yang jahat ini roh siapa?"

Mereka menjawab: "Roh si anu anak si anu," (dengan menyebutkan seburuk-buruk namanya yang biasa dipanggil dengan nama-nama itu di dunia); (demikianlah halnya) sehingga berakhirlah perjalanan mereka membawanya ke langit yang pertama, setelah itu mereka meminta dibukakan pintu langit untuknya, tetapi tidak dibukakan baginya.

Kemudian Rasulullah s.a.w membaca (ayat 40 Surah al-A'raf ertinya): "…..Tidak sekali-kali akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk syurga hingga unta masuk di lubang jarum…..". (Kemudian Baginda s.a.w bersabda): "Lalu Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada Malaikat: "Simpalah suratan amal jahatnya di dalam sijjin (tempat simpanan surat amal jahat orang-orang yang berdosa), yang letaknya di bumi yang terkebawah sekali. Lalu dicampakkan rohnya ke situ…….."

Seringan-ringan Azab Di Neraka

Hadis :
Dari Ibnu Abbas r.a katanya: Raulullah SAW bersabda:"Seringan-ringan azab penduduk neraka ialah azab yang dideritai oleh Abu Talib. Dia memakai sepasang terompah yang membuatkan otaknya menggelegak." (Muslim)

Huraian :
1. Selama sembilan tahun selepas perlantikan Nabi Muhammad s.a.w sebagai Pesuruh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW telah menjalankan dakwah di kalangan kaumnya sendiri di sekitar kota Mekah. Segelintir manusia sahaja yang telah memeluk agama Islam manakala yang lainnya mencuba dengan sedaya upaya untuk mengganggu dan menghalang baginda.

2. ABU TALIB merupakan seorang yang baik budi pekertinya, jujur dan mempunyai kesabaran yang tidak ada bandingannya bila menemui atau menghadapi sesuatu kesulitan atau cabaran hidup. Beliaulah yang memelihara nabi setelah kematian datuknya Abdul Muttalib. Baginda selalu dilindungi oleh bapa saudaranya ini daripada ancaman musuh dakwah baginda. Namun begitu di saat akhir kematiannya, Abu Talib tidak memeluk agama Islam.

3. Dalam sebuah hadith riwayat Muslim dikatakan bahawa ketika Abu Talib, bapa saudara Rasulullah SAW dalam keadaan tenat, Rasulullah menghampirinya sedangkan ketika itu ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayah, Rasulullah mengajak Abu Talib mengucapkan "laailaah illallaah", namun Abu Jahal dan Abdullah memujuknya agar tetap mengikuti agama Abdul Muttalib. Demikian seterusnya berlaku hingga Abu Talib meninggal dunia tidak dalam keadaan beriman, lalu Rasulullah bersabda "Demi Allah aku akan meminta ampunan daripada Allah (untuknya) selagi tidak dilarang, lalu turunlah ayat surah Taubah:113-114 yangmaksudnya "Tiadalah sepatutnya bagi Nabi Muhammad dan orang-orang yang beriman meminta ampun kepada Allah bagi orang-orang musyrik, walaupun mereka itu adalah kaum kerabatnya, setelah jelas bagi mereka, bahawa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahannam. Dan keampunan yang dipohon oleh Ibrahim untuk bapanya, tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapanya. Tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa bapanya itu adalah musuh Allah maka Ibrahim berlepas diri daripadanya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun."

4. Mendo'akan orang kafir yang masih hidup hukumnya harus, seperti yang dilakukan oleh Rasulullah ketika berhadapan dengan perlakuan buruk dari kaumnya yang musyrik, doa baginda:"Ya Allah tunjukkanlah kaumku kerana mereka tidak mengetahui" dan Rasulullah juga pernah berdoa agar Umar memeluk Islam hingga akhirnya dikabulkan oleh Allah. Namun begitu mendoakan orang kafir yang telah meninggal dan diketahui ia meninggal dalam keadaan kafir, hukumya haram seperti yang dijelaskan dalam ayat di atas.

Sabtu, 9 Julai 2011

Amalan-amalan Sunat Di Bulan Syaaban

Dari Aisyah r.a katanya:Rasulullah SAW sering berpuasa sehingga kami mengira bahawa baginda akan berpuasa seterusnya. Dan baginda sering berbuka sehingga kami mengira beliau akan berbuka terus. Dan aku tidak pernah melihat baginda berpuasa terus sebulan penuh kecuali pada bulan Ramadhan. Dan aku juga tidak pernah melihat baginda berpuasa sunat dalam sebulan yang lebih banyak daripada puasanya di bulan Syaaban. (al-Bukhari)

Huraian :
1. Syaaban ertinya berpecah atau bercerai-berai. Ia dinamakan demikian kerana orang-orang Arab pada bulan tersebut akan berhijrah ke mana-mana tempat untuk mencari air sehingga ke gua-gua dan sebagainya. Pendapat lain pula mengatakan, sebab diertikan demikian adalah sebagai tanda pemisah iaitu memisahkan di antara bulan Rejab dan Ramadhan.

2. Dari berbagai keterangan ini, yang dapat disimpulkan bagi pengertian bulan Syaaban itu ialah bulan Syaaban adalah masa untuk manusia berebut-rebut mengejar kebajikan sebanyak mungkin sebagai latihan dan persediaan untuk memasuki bulan Ramadhan

3. Sebahagian ahli hikmah menyatakan bahawa sesungguhnya bulan Rejab adalah kesempatan untuk meminta ampun dari segala dosa, bulan Syaaban adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dari segala macam celaan dan pada bulan Ramadhan adalah masa untuk menerangkan hati dan jiwa.

4. Di antara amalan-amalan yang digalakkan pada bulan Syaaban adalah :

i. Memperbanyakkan puasa sunat. Di dalam kitab Durratun Nasihin ada menyebut sebuah hadis yang menyatakan bahawa Rasulullah SAW bersabda yang maksudnya : "Sesiapa yang berpuasa tiga hari pada permulaan Syaaban dan tiga hari pada pertengahan Syaaban dan tiga hari pada akhir Syaaban, maka Allah mencatat untuknya pahala seperti pahala tujuh puluh nabi dan seperti orang-orang yang beribadat kepada Allah Taala selama tujuh puluh tahun dan apabila dia mati pada tahun itu maka dia seperti orang yang mati syahid."

ii. Memperbanyak doa, zikir dan membaca selawat kepada Rasulullah SAW. Sabda Rasulullah SAW : "Sesiapa yang mengagungkan bulan Syaaban, bertaqwa kepada Allah, taat kepada-Nya serta menahan diri dari perbuatan maksiat, maka Allah Taala mengampuni semua dosanya dan menyelamatkannya di dalam tahun itu dari segala macam bencana dan penyakit." (Dipetik dari kitab Zubdatul Wa'izhin)

iii. Bertaubat

iv. Meraikan malam 15 Syaaban atau lebih dikenali sebagai malam Nisfu Syaaban di mana sunat ia dihidupkan dengan membaca zikir dan Al Quran kerana malam tersebut adalah malam yang amat mustajab dan penuh rahmat.

Jumaat, 8 Julai 2011

Kebesaran Solat Dua Rakaat

Hari ini ana ada satu cerita yang menarik untuk berkongsi bersama sahabat-sahabat semua.

ALLAH selesai menciptakan Jibril a.s dengan bentuk yang cantik dan Allah menciptakan pula baginya 200 sayap yang panjang. Sayap itu antara timur dan barat. Ada pendapat menyatakan 124,000 sayap.

Selepas itu Jibril a.s memandang dirinya sendiri dan berkata: "Wahai Tuhanku, adakah Engkau menciptakan makhluk yang lebih baik daripadaku?" Lalu Allah berfirman yang ber maksud: “Tidak.”

Kemudian Jibril a.s berdiri dan bersolat dua rekaat kerana syukur kepada Allah dan setiap rekaat itu tempohnya 20,000 tahun.

Selepas Jibril a.s solat, Allah berfirman yang bermaksud: "Wahai Jibril, kamu sudah menyembah Aku dengan ibadat yang bersungguh-sungguh dan jika tidak ada seorangpun yang menyembah kepada-Ku seperti ibadat kamu, akan tetapi di akhir zaman nanti akan ada seorang nabi yang mulia yang paling Aku cintai, namanya Muhammad. Dia mempunyai umat yang lemah dan sentiasa berdosa. Sekiranya mereka itu mengerjakan solat dua rekaat yang hanya sebentar saja dan mereka dalam keadaan lupa serta serba kekurangan, fikiran mereka melayang bermacam-macam dan dosa mereka pun besar juga.

Maka demi kemuliaan-Ku dan ketinggian-Ku, sesungguh nya solat mereka itu Aku lebih sukai dari solatmu itu. Kerana mereka mengerjakan solat atas perintah-Ku, sedangkan kamu mengerjakan solat bukan atas perintah-Ku."

Kemudian Jibril a.s berkata: "Ya Tuhanku, apakah yang Engkau hadiahkan kepada mereka sebagai imbalan ibadat mereka?"

Lalu Allah berfirman yang bermaksud: "Ya Jibril, akan Aku berikan syurga Ma'wa sebagai tempat tinggal."

Sesungguhnya Allah menyembunyikan enam perkara, iaitu:

Allah menyembunyikan reda-Nya dalam taat.
Allah menyembunyikan murka-Nya di dalam maksiat.
Allah menyembunyikan nama-Nya yang Maha Agung di dalam al-Quran.
Allah menyembunyikan Lailatul Qadr di dalam Ra madan.
Allah menyembunyikan solat yang paling utama di dalam solat (lima waktu).
Allah menyembunyikan (tarikh berlaku) hari kiamat di dalam semua hari.

Adab Memberi Nasihat

Daripada Abu Ruqaiyyah Tamin ibn Aus al-Daarie r.a. bahawa Nabi s.a.w. telah bersabda: "Agama itu adalah nasihat". Kami berkata: "Untuk siapa?" Baginda bersabda: "untuk Allah, untuk kitabNya untuk RasulNya, untuk para Imam kaum muslimin dan untuk umat Islam seluruhnya." (H.R. Muslim)







Di dalam hadith ke-7 dalam Kitab Hadith 40 yang telah disusun oleh Imam Nawawi ini, jelas telah digambarkan oleh Rasulullah SAW  tentang perihal pentingnya nasihat menasihati di dalam perkara kebaikan. Nasihat juga digambarkan besarnya seperti sebuah Agama Islam, menunjukkan bahawa Islam ini melingkari seluruh aspek kehidupan seharian kita.


PENGERTIAN NASIHAT

Agama Islam adalah agama Allah, dan agama menurut Rasulullah SAW adalah nasihat yang terbaik untuk umatnya. Dalam Bahasa Arab, nasihat membawa maksud yang dinasihati akan mendapat faedah daripada nasihat yang telah diberi. Ia juga membawa erti bahawa yang menasihati hendaklah menggunakan perkataan yang terbaik dan ikhlas bersih dari maksud yang tidak baik.

ADAB-ADAB MEMBERI NASIHAT

1. Meluruskan niat sebelum menasihati seseorang supaya tidak ada yang berasa disakiti. Ikhlas menasihati saudara semuslim semata-mata karena Allah. Seharusnya seorang yang ingin memberikan nasihat itu perlulah bersih dari segala bentuk niat yang terpesong kerana ia akan memberi kesan ke atas nasihat yang ingin diberikan. Janganlah menasihati seseorang itu kerana ingin menunjukkan kitalah orang yang benar, tetapi tegurlah kerana ingin mengajak sahabat ke jalan yang benar.

2. Menjaga ukhuwah semasa menasihati. Diusahakan supaya menasihati saudaranya dengan tidak diketahui orang lain. Sebahagian ulama berkata, “Barangsiapa yang menasihati seseorang dan hanya ada mereka berdua, maka itulah nasihat yang sebenarnya. Barangsiapa yang menasihati saudaranya di depan banyak orang, maka yang demikian itu mencela dan mencelakan orang yang dinasihati.” Islam mengajar umatnya supaya mempunyai akhlak yang tinggi. Dalam hal menasihati juga terdapat perkara ini. Ini menunjukkan bahawa Islam amat menjaga hati dan maruah orang yang dinasihati supaya tidak berlaku perpecahan kerana perkara nasihat.

3. Bersih hati semasa menasihati. Menggunakan bahasa yang halus dan menegur hanya untuk perkara-perkara yang salah. Kadang-kadang kita sering menggunakan perkataan yang sangat teruk untuk meluahkan nasihat kita. Dalam ceramah-ceramah dan kuliah-kuliah yang berbentuk menasihati, kita lebih gemar menyatakan salah orang lain seolah-olah mereka yang melakukan perkara tersebut sangat jahat dan sudah tiada ruang untuk bertaubat. Seharusnya selaku seorang pendakwah, nasihat adalah senjata utama yang perlu digunakan sebaiknya.

4. Memikirkan cara yang terbaik untuk menasihati saudara. Seboleh-bolehnya mengenali dulu saudara yang bakal kita nasihati itu. Nasihatilah mereka dengan kasih sayang dan jadilah sebahagian dari mereka, kerana dari situ kita akan tahu apa puncanya mereka begitu.

5. Memberi waktu dan kesempatan kepada saudara yang dinasihati untuk mengubah sifat buruk/ kesalahan yang dilakukannya. Manusia perlukan masa untuk berubah, jangan memaksa mereka untuk berubah mendadak, ia bukan dalam lingkungan tugas seorang pendakwah. Dalam berdakwah perlu akan sifat sabar dan berserah kepada Allah. Jadilah orang yang sentiasa mengharap pertolongan Allah dan jangan mudah putus asa di atas nasihat yang diberikan kerana itu mungkin ujian yang telah ditentukan oleh Allah untuk menguji kesabaran.

Ayuh semua sahabatku, kita renungkan kembali perkara yang telah kita lakukan selama ini, nasihat yang telah kita berikan kepada orang lain atau nasihat yang diperolehi daripada orang lain, adakah kita sudah melaksanakan amanah ini?
Jangan jadi golongan yang hanya tahu menasihati sedangkan mereka tidak sedia untuk dinasihati.

Ukhwah Islamiah

Daripada Abu Hamzah Anas bin Malik r.a., pembantu Nabi s.a.w., Baginda bersabda: شخص لا يعتقد انه يحب أخاه كما يحب نفسه. Maksudnya : Tidak beriman (secara sempurna) seseorang kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri. (H.R. al-Bukhari, Muslim dan Ahmad)


Para ulama berkata bahawa "tidak beriman" yang dimaksudkan dalam hadith di atas ialah "iman tidak sempurna", bukan tidak beriman langsung. Maknanya seorang itu tidak sempurna imannya apabila tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. 

Abu Amr bin Shalah berkata:"Perbuatan seperti itu terkadang dianggap sukar untuk dilaksanakan seseorang. Sebenarnya tidak demikian, kerana apa yang dimaksudkan ialah iman seseorang tidak sempurna sehingga dia mencintai kebaikan untuk saudaranya sesama muslim seperti mencintai kebaikan untuk dirinya sendiri."

Perkara ini dapat dilaksanakan dengan melakukan sesuatu hal yang baik bagi dirinya, misalnya:
-Tidak berebut-rebut ditempat orang ramai .
-Tidak terniat untuk menghilangkan kenikmatan yang dimiliki orang lain.
Perkara seperti ini sebenarnya mudah dilakukan oleh orang yang berhati baik, tetapi sulit dilakukan orang yang berhati jahat.

PENGAJARAN
1.Hubungan seorang mukmin dengan mukmin yang lain seperti jasad yang memiliki satu nyawa. Dia mencintai  saudaranya seperti mencitai dirinya sendiri.

2.Jauhilah perbuatan hasad dengki kerana ia bertentangan dengan kesempurnaan iman.

3.Iman boleh bertambah atau berkurang. Iman bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan kemaksiatan.

4.Kita hendaklah bersatu hati sesama umat islam.

Rabu, 6 Julai 2011

Rukun Islam Yang Lima

Daripada Abi Abdul Rahman Abdillah Bin Umar Bin Al-Khattab R.A. berkata bahawa beliau mendengar Rasulullah S.A.W bersabda: تأسس الإسلام على خمسة جوانب : أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله هو والصلاة والزكاة والحج إلى الكعبة والصوم في رمضان. Maksudnya: Islam diasaskan kepada lima aspek: Aku menyaksikan bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan bahawa Muhammad itu Rasulullah,menunaikan solat, mengeluarkan zakat dan mengerjakan haji ke Baitullah dan berpuasa pada bulan Ramadhan. (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

1.KALIMAH SYAHADAH
Kalimah syahadah tentang keesaan Allah dan kekuasaan-Nya serta membenarkan kenabian Muhammad S.A.W merupakan hal yang paling asas berbanding rukun-rukun yang lain.

2.DIRIKAN SOLAT
Umat Islam dituntut agar mendirikan solat dengan sempurna dengan syarat dan rukunnya, adab-adabnya dan sunah-sunahnya agar dapat merasakan kemanisan buahnya dalam diri seorang muslim.
Dengan itu seseorng itu dapat meninggalkan perbuatan keji dan mungkar kerana solat itu mencegah seseorang daripada perbuatan keji dan mungkar.

3.MENGELUARKAN ZAKAT
Wajib mengeluarkan zakat daripada harta orang kaya yang telah cukup nisab (kuantiti) dan haul (tempoh) nya lalu memberikannya kepada asnaf.


4.MENUNAIKAN HAJI
Wajib menunaikan ibadah haji di Mekah apabila mampu.

5.PUASA
Wajib berpuasa pada bulan Ramadhan. 

*Sesiapa yang mengingkari salah satu daripada rukun islam tersebut maka dia bukan seorang muslim berdasarkan ijmak ulama'.

IMAN DAN AMAL
  Disamping rukun Islam yang lima ini banyak lagi perkara lain yang penting dalam Islam seperti sabda Nabi S.A.W. :
  "Iman itu terdapat tujuh puluh lebih cabang"
Islam adalah akidah dan amal perbuatan. Tidak bermanfaat amal tanpa iman. Demikian juga tidak bermanfaat iman tanpa amal.

Ahad, 3 Julai 2011

Hadith Jangan Marah

Assalamualaikum buat semua pembaca blog ana..... hari ini ana ada benda nak kongsi bersama2....

Diriwayatkan daripada Abu Hurairah r.a.bahawa seseorang lelaki berkata kepada Nabi s.a.w.: Berilah wasiat kepada ku. Nabi s.a.w. bersabda: لا تغضب. Maksudnya: "Jangan Marah" Beliau mengulangi beberapa kali dan bersabda "Jangan Marah".
(H.R. Ahmad, al-Bukhari dan al-Termizi)

Ada juga ana terbaca suatu kisah tentang marah.... 

Barangsiapa yang menahan marahnya bahkan dia boleh membalasnya.. maka, di akhirat kelak, ALLAH akan memanggilnya dihadapan khayalak ramai dan ALLAH mempersilakannya untuk memilih bidadari yang diingininya SENDIRI...

TAK MAHUKAH ANDA SEMUA AKAN NIKMATNYA DI AKHIRAT KELAK ?
FIKIR-FIKIRKAN LAH WAHAI SAHABAT.....